Kewajiban Melaksanakan Dinul Islam – Selamat datang di website Jama’atul Muslimin. Di situs ini kami memberikan berbagai informasi tentang kehidupan beragama sesuai syariat yang berlandaskan keterangan Qur’an dan Hadist. Adapun informasi yang kami sajikan merupakan kumpulan dari berbagai sumber yang dapat dipertanggung jawabkan dan kami cantumkan sumbernya. Untuk memahami isi dari artikel ini, Anda bisa mencari di kategori Aljamaah.
Judul: Kewajiban Melaksanakan Dinul Islam
Kewajiban Melaksanakan Dinul Islam
A. Kewajiban Berpegang Teguh Dan Mengikuti Petunjuk Al Qur’an
“Dan berpegang teguhlah kamu kepada tali Alloh (dengan cara) jama’ah dan janganlah bercerai berai. Dan ingatlah akan ni’mat Alloh kepadamu ketika kamu (masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh menjinakkan antar hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni’mat Alloh orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayatNya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imron ayat 103)
Penjelasan:
Dari ayat tersebut kita dapat mengerti bahwa Alloh telah mewajibkan seluruh muslimin untuk berpegang teguh kepada Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu Alloh juga memberi petunjuk cara melaksanakan isi Al Qur’an yaitu dengan cara Jama’ah, tidak boleh bercerai berai menjadi bermacam macam firqoh.
Alloh mengingatkan kepada muslimin bahwa sebelum diatur dengan aturan Islam, keadaan mereka bercerai berai, bermusuh-musuhan,. Kemudian karena hati mereka mentaati aturan Islam dalam segala tingkah kehidupan, umat muslimin bersatu padu menjadi satu Jama’ah yang dipimpin oleh Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sehingga keadaannya menjadi bersaudara. Satu sama lain kasih mengasihi dan bela membela. Oleh karena itu jangan lah kembali kepada masa jahiliyyah, yaitu masa bercerai berai dan bermusuh-musuhan.
“Kitab Alloh adalah tali Alloh yang diulurkan dari langit ke bumi.” (HR Abu Ja’far Ath Thobari dalam kitab Ibnu Katsir Jilid I Halaman 389)
“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda: Sesungguhnya Al Qur’an ini adalah tali Alloh yang kuat, dan dia itu cahaya yang terang, dan dia itu obat yang bermanfaat (mujarab). Al Qur’an sebagai bimbingan bagi siapa yang memegangnya dan keselamatan bagi siapa yang mengikutinya.” (HR Mardawaih dalam Kitab Ibnu Katsir Jilid I Halaman 389)
Penjelasan:
Dari dua hadist tersebut kita dapat mengerti bahwa Al Qur’an diibaratkan suatu tali yang sangat kuat yang diulurkan dari langit ke bumi untuk pegangan umat manusia yang ingin selamat mengarungi samudera kehidupan.
Al Qur’an juga sebagai obat yang sangat mujarab untuk mengobati luka batin yang tiada sembuh-sembuhnya. Terbukti bangsa Arab yang begitu parah penyakit jahiliyyahnya dalam waktu singkat dapat disembuhkan oleh Al Qur’an sehingga keadaannya menjadi satu Jamaah dan satu Imamah di seluruh dunia.
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu. Tidak ada Tuhan selain Dia. Dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS Al An’am ayat 106)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Alloh kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS Al An’am ayat 153)
“Sesungguhnya ini adalah jalanKu yang lurus, tidak bengkok isinya. Maka kamu wajib mengikutinya jika keadaan ingin mengena pada istiqomah.” (Kitab Ibnu Jarir Juz 8 Halaman 73 dalam mentafsir Surat Al An’am ayat 153)
Penjelasan:
Dari ayat 106 dan 153 Surat Al An’am, kita dapat mengerti bahwa Al Qur’an adalah aturan yang lurus, tidak ada yang salah. Ayatnya satu sama lain saling memberi penjelasan dan saling membenarkan.
Oleh karena itu seluruh muslimin wajib mengikutinya, wajib menggunakannya dalam kehidupan kita sehari-hari, dari masalah yang paling kecil hingga masalah yang paling besar.
Muslimin dilarang mengikuti dan mempergunakan syari’at lain, sebab akan mencerai beraikan dari keadaan yang sebenarnya. Kalau kita telaah sejarah, manusia sebelum kedatangan Dinul Islam keadaannya bercerai berai, bahkan saling bermusuh-musuhan. Setelah mereka mau mengikuti aturan Al Islam, keadaan berubah menjadi bersatu bagaikan suatu bangunan yang kuat.
Kemudian setelah Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam wafat dan wafat pula Abu Bakar serta Umar, maka keadaan berubah menjadi bercerai berai kembali, dan sampai sekarang tetap demikian.
Ini kemungkinan karena tidak semua muslimin mau mengikuti aturan Al Islam secara keseluruhan, sehingga apa yang difirmankan Alloh dalam ayat diatas betul-betul terjadi.
وَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَتَكُوْنَ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
“Dan sekali-kali janganlah kamu termasuk orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Alloh yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang rugi.” (QS Yunus ayat 95)
Penjelasan:
Dari ayat-ayat diatas kita dapat memahami bahwa tidak mengikuti ayat-ayat Alloh, baik sebagian atau seluruhnya termasuk mendustakannya dan akibatnya akan rugi dunia akhirat.
B. Uswatun Hasanah (Teladan Yang Baik) Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam Wajib Ditaati dan Diikuti
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rohmat) Alloh dan (kedatangan rohmat) pada hari kiamat dan dia berhaq menyebut Alloh.” (QS Al Ahzab ayat 21)
Penjelasan:
Orang yang ingin selamat di akhirat, orang yang mengharap pahala dari Alloh, maka amal perbuatannya harus mencontoh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam yang bercermin dari Al Qur’an.
“Dari Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha ia berkata: Biasanya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam apabila menyuruh mereka (Shohabat), disuruhnya mengerjakan amalan yang bisa mereka kerjakan. Kemudian mereka berkata: “Ya Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, kami tidak seperti engkau. Sesungguhnya Alloh telah mengampuni engkau terhadap dosa yang telah lalu dan dosa yang akan datang!” Maka Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam marah mendengar perkataan itu sehingga kelihatan tanda kemerahan di mukanya, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya yang lebih takut dan lebih mengerti (tentang) aturan Alloh adalah saya!” (HR Bukhori)
Penjelasan:
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam adalah orang yang paling mengetahui aturan Alloh, beliau juga yang paling taqwa. Oleh karena itu segala teladan beliau sudah pasti sesuai kehendak Alloh Ta’ala.
“Dari Ibnu Mas’ud Rodhiyallohu ‘Anhu ia berkata: “Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Hai sekalian manusia! Tidak ada satupun perkara yang mendekatkan kamu kepada Syurga dan menjauhkan kamu dari Neraka, melainkan aku sudah perintahkan supaya kamu jalankan. Dan tidak ada satupun perkara yang dapat mendekatkan kamu kepada Neraka dan menjauhkan kamu dari Syurga, melainkan sudah aku larang kamu mendekatinya.” (HR Al Baghowi)
Penjelasan:
Apa yang dikehendaki Alloh di dalam Al Qur’an oleh Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam telah dilaksanakan. Telah disampaikan kepada umat manusia, baik berupa amal perbuatan maupun perkataan. Oleh karena itu lengkap dan sempurnalah Dinul Islam sebagai tuntunan hidup yang membimbing umat manusia ke arah hidup bahagia dunia dan akhirat. Tinggal manusianya itu sendiri merasa cukup atau tidak, memenuhi selera atau tidak serta ingin selamat atau tidak.
“Dari Abdurrohman bin Yazid Rodhiyallohu ‘Anhu, ia berkata: Ditanyakan kepada Salman: “Pernahkah Nabimu mengajarkan segala sesuatu sampai-sampai soal berak?” Maka Salman menjawab: “Ya” (HR Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi)
Penjelasan:
Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam telah mengajarkan tatacara melaksanakan agama yang mencakup segala sesuatu sampai-sampai soal berak, memotong kuku dan lainnya.
Masalah yang sekecil itu diatur di dalam Dinul Islam, apalagi masalah kesatuan umat Muslimin yang merupakan masalah besar, sudah pasti diatur di dalam Dinul Islam.
Kita maklum bahwa masalah persatuan umat muslim merupakan landasan yang merupakan tegak dan lemahnya Dinul Islam di muka bumi ini. Oleh karena itu Islam telah mencakup masalah organisasi muslimin atau persatuan Muslimin yang di dalam istilah Islam disebut Al Jama’ah atau Jama’atul Muslimin.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sendiri telah memberi contoh bagaimana menghimpun dan membimbing muslimin dalam persatuan sehingga Muslimin menjadi satu Jama’ah yang beliau namai “Jama’atul Muslimin” dan beliau sendiri yang memimpinnya.
Untuk jelasnya para pembaca menelaah keterangan-keterangan tentang uraian Al Jama’ah dalam kitab ini.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْۚ فَاِنْ تَنَازَعْتُمْ فِيْ شَيْءٍ فَرُدُّوْهُ اِلَى اللّٰهِ وَالرَّسُوْلِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ ذٰلِكَ خَيْرٌ وَّاَحْسَنُ تَأْوِيْلًا ࣖ
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Alloh, dan taatilah Rosul (Nya) dan Ulil Amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al Qur’an) dan Rosul (As Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An Nisa ayat 59)
Penjelasan:
Dari ayat tersebut kita dapat mengerti bahwa Alloh telah mewajibkan kepada seluruh Muslimin yaitu:
- Wajib mentaati Alloh, artinya setiap mu’min wajib mengikuti dan menggunakan Al Qur’an sebagai pedoman dan pegangan sehari-hari dalam beramal., baik urusan dunia maupun urusan ibadah., baik urusan pribadi, keluarga atau kemasyarakatan.
- Wajib mengikuti Rosul, Artinya mengikuti dan mencontoh segala yang telah dicontohkan oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, baik dalam beramal ibadah maupun beramal urusan dunia yang telah ada aturannya dari Rosululloh seperti urusan persatuan atau Jama’ah dan yang lainnya.
- Wajib mentaati Ulil Amri, artinya wajib mengikuti segala anjuran Imam Al Jama’ah yang sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah atau segala urusan dunia yang tidak bertentangan dengan Al Islam.
- Wajib mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada Alloh dan Rosul-Nya. Artinya segala urusan dunia yang diperselisihkan supaya hasilnya menjadi sesuai atau cocok bagi segala pihak. Wajib dicocokkan dengan Al Qur’an dan As Sunnah, dan mana yang cocok itulah yang benar dan harus ditaati oleh semua pihak yang berselisih.
Tentang urusan ibadah, sebenarnya tidak ada yang harus diperselisihkan sebab apa yang digariskan dalam Al Qur’an dan pelaksanaannya telah dicontohkan oleh Rosululloh semuanya benar. Biasanya yang berselisih itu manusianya dalam pemahaman maksud Al Qur’an dan dalam pengambilan riwayat tentang hadist.
Sebenarnya kalau memahami Al Qur’an berdasarkan tafsir dari ayat al Qur’an itu sendiri dan dari pelaksanaan Rosululloh, maka itulah yang benar. Biasanya pemahaman yang berselisih adalah pemahaman berdasarkan hawa nafsu.
Adapun tentang riwayat Sunnah Rosul, maka para ulama Ahli Hadist telah bersusah payah mengadakan penelitian dan hasilnya telah dapat dipisah-pisahkan mana yang benar riwayatnya dan mana yang tidak benar. Tinggal manusianya itu sendiri apakah mau mengambil yang shohih atau mengambil seadanya.
Kalau semuanya mau mengambil yang shohih maka kemungkinan besar tidak akan beraneka ragam keadaan muslimin dalam segala masalah.
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imron ayat 31)
Penjelasan:
Dari ayat tersebut diatas kita dapat mengerti bahwa jika kita benar-benar mau mentaati Alloh, maka caranya mengikuti tuntunan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dalam segala hal. Kalau tidak, maka Alloh tidak akan mengampuni dosa-dosa yang telah diperbuat.
“Dan apa yang diberikan Rosul kepadamu terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh amat keras hukuman-Nya.” (QS Al Hasyr ayat 7)
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ اَطَاعَ اللّٰهَ ۚ وَمَنْ تَوَلّٰى فَمَآ اَرْسَلْنٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيْظًا ۗ
“Barang siapa yang mentaati Rosul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Alloh. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS An Nisa ayat 80)
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak (pula) perempuan yang mu’minat, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa yang mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguhlah ia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS Al Ahzab ayat 36)
Penjelasan:
Dari ayat-ayat diatas kita dapat mengerti bahwa orang mu’min itu tidak benar kalau sudah ada aturan Alloh dan Rosul-Nya lalu membuat-buat lagi aturan hasil pikiran mereka, sedangkan aturan dari Alloh dan Rosul-Nya itu mereka abaikan.
Orang-orang yang berbuat demikian telah berpaling dan telah durhaka kepada Alloh dan Rosul-Nya. Karenanya mereka termasuk orang yang sesat, dengan kesesatan yang nyata. Dan Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam tidak akan dimintai pertanggung jawaban oleh Alloh tentang orang-orang yang demikian.
Kalau kita mau meneliti keadaan sekarang, tampaklah bahwa banyak sekali ketetapan Alloh dan Rosul-Nya telah diabaikan oleh orang-orang yang mengaku beriman. Salah satu diantaranya misal masalah Jama’ah.
Banyak ayat Al Qur’an yang mengharuskan muslimin menjadi satu jama’ah dan melarang muslimin bercerai berai menjadi firqoh firqoh. Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi Wasallam sendiri telah memberi contoh yaitu menghimpun muslimin menjadi satu Jama’ah yang beliau namai JAMA’ATUL MUSLIMIN dan beliau pimpin sendiri.
Tetapi kenyataannya, muslimin menjadi bercerai berai dalam berbagai macam golongan yang mereka bentuk dan mereka namai sendiri menurut seleranya masing-masing baik secara perorangan maupun secara kelompok atau firqoh.
10 Dzulhijjah 1407 H / 5 Agustus 1987 M
Bapak Yusuf Rahmat Al Mafakkir
Demikianlah Informasi Atau Penjelasan Tentang Kewajiban Melaksanakan Dinul Islam
Semoga apa yang kami sampaikan bisa bermanfaat dan diamalkan untuk menuju keridhoan Alloh Ta’ala. Dan semoga Alloh memberikan kepahaman kepada kita semua dalam beragama.
Anda telah membaca Kewajiban Melaksanakan Dinul Islam dengan link http://jamaatulmuslimin.org/kewajiban-melaksanakan-dinul-islam/